
Pramono Anung menilai PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) tidak profesional dalam mengelola aktivitas bongkar muatan di New Priok Container Terminal (NPCT) 1, Jakarta Utara.
“Ini menunjukkan ketidakprofesionalan pengelola yang ada di Tanjung Priok,” kata Pramono di Balai Kota Jakarta, Sabtu (19/4/2025).
Berdasarkan informasi yang Pramono terima dari Kepala Dinas Perhubungan Jakarta, Syafril Liputo, NPCT 1 dipaksakan menerima aktivitas bongkar muatan mencapai 7.000 kontainer per hari.
Padahal, NPCT 1 hanya mempunyai kapasitas aktivitas bongkar muat truk kontainer sebanyak 2.500 per hari.
“Kemarin itu dipaksakan untuk menjadi 4.000 truk per hari, sehingga mengalami jam, dan akhirnya saya juga baru tahu tadi pagi dari Kepala Dinas Perhubungan, bukan lagi 4.000, tapi menjadi 7.000 truk per hari,” tambah dia.
Oleh karena itu, Pramono meminta maaf kepada warga Jakarta atas kemacetan panjang di Tanjung Priok.
Menurutnya, kemacetan serupa tidak boleh terjadi lagi.
“Untuk itu saya sudah meminta kepada Kepala Dinas Perhubungan untuk memberikan teguran sekeras-kerasnya,” tegas dia.
“Bahkan tadi saya sudah sampaikan kepada Kepala Dinas Perhubungan, kalau diperlukan, saya akan berkirim surat kepada Pelindo untuk memberikan peringatan sekeras-kerasnya,” tambah dia.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Regional 2 PT Pelindo, Drajat Sulistyo, menjelaskan penyebab kemacetan panjang yang melanda kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, sejak Rabu (16/4/2025) malam hingga Jumat (18/4/2025) pagi.
Kemacetan disebabkan oleh peningkatan aktivitas bongkar muat di Terminal NPCT 1 akibat keterlambatan tiga kapal asing yang bersandar.
“NPCT 1 ini kedatangan kapal yang seharusnya sudah datang satu minggu lalu. Tiga kapal ini, yang dua seharusnya datang minggu lalu, satunya lagi harusnya datang 24 jam sebelumnya,” kata Drajat di Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Utama Tanjung Priok, Jumat (18/4/2025).
Drajat menjelaskan, lalu lintas kapal beroperasi dengan rute dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain dan rute tersebut berskala internasional.
“Jadi keterlambatannya memang bukan by design kami atau by design mereka (tiga kapal), tetapi dari pelabuhan sebelumnya. Pelabuhan sebelumnya ini mengalami delay, delay, delay, pada akhirnya sampai ke kami ini mengalami delay,” ujar dia.
“Ini seperti pesawat delay, satu bandara akan menyebabkan delay di bandara lain. Ini sama, pelabuhan sebelumnya delay, ya selanjutnya akan delay,” tambah dia.
Sementara itu, Pelindo tidak memprediksi bahwa keterlambatan tiga kapal ini juga berimbas pada peningkatan volume bongkar muatan.
“Tapi kalau sudah datang, tentunya kami akan terimakan gitu. Tidak ada (sanksi terhadap tiga kapal yang telat bersandar),” kata dia.
Ditambah lagi, perusahaan mengejar waktu sebelum libur panjang yang jatuh pada Jumat (18/4/2024) hingga Minggu (20/4/2025).
“Itu secara bersama-sama sehingga terminal kami akhirnya dapat order kurang lebih 4.200 kontainer yang harus dirilis. Yang tadinya harusnya 2.500, kemampuannya dirilis 4.200,” ungkap dia.