
Retnowati Sibarani, seorang atlet Asian Para Games 2018, memiliki impian untuk membuka usaha sendiri.
Melalui pelatihan barista di Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Jakarta Timur, ia berusaha mewujudkan harapannya itu.
Bagi Retnowati, tantangan dalam mendapatkan pekerjaan sebagai penyandang disabilitas masih menjadi hambatan buat dirinya untuk berkarya.
“Motivasi saya mengikuti pelatihan ini, saya ingin punya usaha, membuka usaha sendiri, karena disabilitas itu tidak semua orang mau menerima sebagai tenaga kerja,” ucap Retnowati Sibarani saat ditemui, Rabu (16/4/2025).
Walaupun pemerintah telah mengeluarkan imbauan untuk perusahaan agar mau menerima pekerja penyandang disabilitas, menurut Retno, penerapannya masih tidak merata.
“Memang ada imbauan dari pemerintah tapi itu belum merata. Tetapi kalau bisa usaha sendiri, bisa menghidupi diri sendiri, bisa untuk keluarga, dan mungkin bisa untuk orang lain,” tambahnya.
Retnowati sendiri tidak hanya fokus pada pelatihan, tetapi juga tetap aktif bertanding di cabang olahraga bowling dan lawn bowls.
“Di 2018, saya ikut lawn bowls dan meraih medali perak di Asian Para Games di Jakarta. Kemarin, saat Peparnas di Solo, saya ikut dan dapat medali perunggu mewakili Jakarta,” ungkapnya penuh kebanggaan.
Pada 2025, Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Jakarta Timur menargetkan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja bagi 2.000 peserta dalam lima gelombang.
Pelatihan ini merangkul masyarakat dari berbagai latar belakang, termasuk pelaku tawuran dan penyandang disabilitas.
“Kami targetkan ada 2.000 peserta tahun ini di lima angkatan, 10 kejuruan dengan 17 program pelatihan. Jadi setiap angkatan kurang lebih sekitar 400 orang, tergantung dari kebutuhan kejuruan yang ada,” jelas Kepala PPKD Jakarta Timur, Teguh Hendarwan.
Dari 400 peserta yang mengikuti pelatihan, terdapat 22 orang yang merupakan pelaku tawuran. Meskipun sebelumnya ada 86 orang yang mendaftar, jumlah itu berkurang seiring berjalannya waktu.
“Dari 86 sampai dengan terakhir pendaftar itu yang masuk data dan yang mengikuti pelatihan sekarang ada 22 peserta dan mereka masih berlanjut,” ucap Teguh.
Selain itu, Teguh menyampaikan bahwa terdapat 20 peserta penyandang disabilitas di angkatan kedua, khusus untuk kejuruan barista.
“Angkatan kedua ini, 20 orang untuk kegiatan kejuruan disabilitas. Angkatan kedua ini untuk kejuruan barista,” tuturnya.