
Pasar Paseban, Senen, Jakarta Pusat, melonjak dua kali lipat dalam beberapa minggu terakhir.
Salah satu pedagang kelapa, Agus (60), mengungkapkan, harga kelapa yang sebelumnya dijual Rp 10.000 per butir kini bisa mencapai Rp 20.000-Rp 25.000.
“Ini pertama kalinya saya mengalami harga kelapa yang begitu tinggi. Sekitar dua kali lebih mahal dari biasanya. Dulu, harga kelapa bisa stabil, tapi sekarang naik terus. Bahkan setelah Lebaran (2025), harga malah makin naik,” kata Agus kepada Kompas.com, Rabu (23/4/2025) pagi.
Agus mengatakan, sebelum Lebaran, harga kelapa sempat menembus angka Rp 16.000-Rp 17.000 per butir. Namun, beberapa waktu belakangan harga kelapa malah naik drastis sehingga jumlah pembeli menurun.
“Biasanya, sehari bisa terjual hingga 50 butir atau lebih, sekarang malah cuma sekitar 30 butir,” ungkapnya.
Hal serupa juga dirasakan oleh Nopi (39), pedagang kelapa lainnya di Pasar Paseban. Nopi berujar, meskipun harga kelapa terus naik, pembeli tetap datang, tetapi dengan kuantitas yang lebih sedikit.
“Sekarang, kalau sehari biasanya bisa habis 100 butir, sekarang cuma 50 butir,” ujarnya.
Kenaikan harga kelapa yang drastis ini memicu keluhan dari pedagang. Pasalnya, pendapatan mereka menjadi berkurang karena turunnya jumlah pembeli.
“Harapannya, harga kelapa bisa turun lagi. Kalau terus begini, susah untuk mencari keuntungan,” ujar Nopi.
Di sisi lain, Agus mengusulkan agar pemerintah menghentikan ekspor kelapa untuk sementara waktu.
“Kalau ekspor terus, pasokan di dalam negeri berkurang dan harga terus naik. Pemerintah harus segera bertindak untuk menjaga stabilitas harga,” tutur Agus.
Agus berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk menstabilkan harga agar pedagang dan konsumen tidak dirugikan.